LHKP JEMBRANA BELAJAR PENGELOLAAN SAMPAH DI MULYOAGUNG

Kantor Lingkungan Hidup dan Pertamanan (LHKP) Pemkab Jembrana Sabtu (7/6)serta Camat se Jembrana melakukan study banding kekota Malang, Study banding selama sehari dipimpin langsung Kakan LHKP Wayan Darwin serta didampingi Kasi Kebersihan Wayan Putra Mahardika.Adapun study banding terkait pengelolaan sampah yakni Desa Mulyoagung Kecamatan Dau, Malang. Desa Mulyoagung diketahui sebagai salah satu desa dikota penghasil apel yang memiliki Kelompok Swadaya Masyarakat.Tempat Pembungan Sampah Terpadu (TPST 3 R) yang mendapat penghargaan terbaik tingkat nasional. Rombongan LHKP diterima Camat Dau, Suryadi, Kades Mulyoagung, H Sumardi serta Ketua TPST 3 R,F Supadi diaula TPST 3 R setempat.

Menurut Wayan Darwin terkait pengembangan sistem TPA serta cara pengelolaan sampah diseluruh kabupaten Jembrana, baru memiliki dua TPA yakni TPA Peh dengan sistem (dumping) tumpuk dan TPA di Kecamatan Melaya, dengan sistem 3 R, memang dari kedua TPS yang ada masih diperlukan management pengelolaan sampahnya agar lebih sempurna, untuk itu dengan kedatangan ke Mulyoagung, selain mengali ilmu juga melihat dari dekat apa yang sudah diraih kelompok TPST didesa ini,terangnya. Kita sengaja pilih TPST 3 R Mulyoagung yang sudah memiliki predikat nasional selain itu ingin melihat sistem dan model management yang diterapkan, untuk nantinya dijadikan bahan pengelolaan serangkaian penerapan sistem sanitari landfill diTPA Peh serta TPA disejumlah Kecamatan yang kita milliki,”paparnya

Sementara Camat Dau, Suryadi yang menerima rombongan menjelaskan bahwa TPST 3 R Mulyo Agung membawahi 7800 KK dan 5930 perumahan ,dikelola secara swadaya oleh kelompok masyarakat yang menamai TPST 3 R Mulyoagung, selain mengelola sampah menjadi pupuk organic dengan sitem 3R, juga dipadukan dengan MCK Sehati, memang predikat nasional disandang TPST 3 R Mulyo Agung yang baru bergerak tiga tahun lalu, ungkapnya. Ketua TPST 3 R,F Supadi memaparkan berdirinya kelompok yang sudah mempekerjakan 75 karyawan, serta mengelola setiap harinya mencapai 64 meter kubik sampah dari 4 desa yang membawahi 7800 KK , memang berawal dari riwayat masih rendahnya kepedulian syarakat terhadap lingkungan, awalnya sampah rumah tangga disini dibuang begitu saja kesungai berikut prilaku masyarakat yang serting kakus disungai, dari rasa peduli dan ingin merubah image sampah yang jorok, bau dan kotor. kemudian dia gagas pembuatan kelompok hingga mendapat predikat kelompok masyarakat yang bergerak dalam pengelolaan sampah terpadu dari kementrian lingkungan hidup tahun2013, seiringberjalannya waktu selama kurun tiga tahun, dengan cakupan 4 desa, sekarang selain mengandalkan pupuk yang digratiskan kepada masyarakat di kecamatan Dau , juga mengembangkan usaha ternak kambing, budidaya ikan lele serta pertanian jagung, semua usaha pengembengan dari TPST 3 R dan MCK Sehati, itu bisa berjalan,asal muasalnya dari sampah yang identik dengan kotor bau dan jorok, sepanjang mau bekerja tentu yang tak bermanfaat bisa bermanfaat dan bernilai ,” pungkasnya (dre.hmj)


Kembali