DESA EKASARI MASUK NOMINASI 10 BESAR NASIONAL

Desa Ekasari KecamatanMelaya Kabupaten Jembrana, Bali yang dikenal dengan solidaritas dalam keberagaman budaya dan agama, masuk ke dalam 10 besar terbaik tingkat nasional dari 72.000 desa dan kelurahan yang ada di Indonesia. Predikat tersebut diberikan oleh Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Dalam Negeri RI terkait Lomba Desa dan Kelurahan Tingkat Nasional tahun 2014.
Sebagai nominator 10 besar, Jumat (18/7) Desa Ekasari dikunjungi Tim Penilai Tingkat Nasional yang dikoordinir oleh Kasubdit Pendataan dan Potensi Masyarakat Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Kemendagri, Simon E.Leunban Gaol.

Sehari sebelum mengunjungi Desa Ekasari, rombongan Tim diterima oleh Asisten Ketataprajaan I Made Sudiada mewakili Bupati Jembrana di Aula Jimbarwana Pemkab Jembrana, bersama sejumlah kepala SKPD di Kabupaten Jembrana. Asisten Ketataprajaan Made Sudiada menyambut baik dan berterima kasih atas predikat 10 besar yang diberikan oleh pusat. Sudiada menjelaskan, sejak Jembrana dipimpin oleh Bupati Putu Artha, pembangunan desa dilakukan secara merata dan tidak ada diskriminasi. Karena disadari keberhasilan pembangunan daerah semuanya berawal dari desa, baik dalam hal kesehatan, pendidikan, ekonomi maupun pembangunan infrastruktur, meskipun dari sisi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jembrana tergolong kecil dan masih berada di urutan ke tujuh dari 9 Kabupaten/Kota di Bali, namun sistem pengelolaan keuangan yang terukur, mampu menggratiskan biaya pendidikan, biaya kesehatan maupun administrasi kependudukan dan membangun infrastruktur yang merata.

Desa Ekasari sendiri memiliki beberapa keunggulan dibanding desa/kelurahan lainnya di Bali khususnya di Jembrana. Jumlah KK Miskin di desa ini sangat rendah dan dari tahun ke tahun mampu mengentaskan kemiskinan. Selain itu, masyarakatnya juga sangat rukun dan kompak, itu terbukti dari lingkungan desa yang bersih dan asri berkat gotong royongnya yang rutin dilakukan setiap bulan sekali. Tidak itu saja, Desa Ekasari juga memiliki potensi wisata religi, agrowisata dengan terasering sawahnya. Yang tidak kalah unggulnya adalah kerukunan umat beragama yang terjalin dan terpelihara sangat baik. Menurut Perbekel (Kepala Desa) Ekasari I Gede Puja, saat memaparkan profil desa, kerukunan dan kegotongroyongan masyarakat inilah yang sesungguhnya menjadi penentu kemajuan Desa Ekasari.

Koordinator Tim Penilai Tingkat Nasional Simon E. Leunban Gaol menjelaskan, untuk menentukan desa terbaik dari yang terbaik, setiap desa harus melalui beberapa tahapan, setelah lolos pada tahap administrasi, selanjutnya tim melakukan klarifikasi dan verifikasi ke lapangan untuk mengecek kebenaran data. “ Mungkin saja ada potensi yang terlewatkan oleh desa “ jelas Simon. Hasil dari verifikasi itu akan direview kembali oleh tim secara pleno untuk menghasil nominasi 6 besar. Desa/kelurahan yang masuk 6 besar selanjutnya akan diundang ke Jakarta untuk memaparkan potensinya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk menentukan peringkat yang akan diraih. Tahap terakhirnya adalah penetapan kejuaraan yang memperoleh nilai tertinggi.

Saat mendatangi Desa Ekasari, Simon mengagumi kerukunan umat yang berbeda agama (Hindu, Katolik dan Islam) di Ekasari. “ Masyarakat yang tinggal disini (Desa Ekasari) berbeda keyakinan (Hindu, Katolik, Islam) namun hidup rukun berdampingan dengan damai bahkan bersatu, ini luar biasa. Kekuatan budaya dan religi seperti ini harus dipertahankan “ kata Simon. Menurutnya juara bukan tujuan akhir, tetapi yang paling penting adalah pembangunan desa yang berkelanjutan dan lebih baik. (adi.hmj)

Kembali