JEGOG – KODO KOLABORASI MEMUKAU

Dua musik tradisional yang menjadi ikon dua daerah yaitu Jembrana dengan kesenian Jegog-nya dan Jepang dengan Kodo-nya, Minggu (22/11) malam tampil berkolaborasi selama dua jam penuh di Panggung Terbuka Pura Jagatnata Kabupaten Jembrana. Disaksikan Sekda Jembrana Gede Gunadnya dan kepala SKPD Pemerintah Kabupaten Jembrana, kolaborasi dua musik tradisional berbeda negara ini, mampu memukau ratusan penomton.

Bagi masyarakat Jembrana menyaksikan musik jegog adalah hal biasa, namun aransemen jegog begitupula tariannya yang dibawakan oleh Sekaa Suar Agung terasa berbeda dari biasanya. Tampil pertama dalam pementasan tersebut, Jegog Suar Agung menampilkan tabuh halus. Bahkan pengasuh Suar Agung I Ketut Suentra yang dikenal dengan sebutan Pekak Jegog juga ikut menabuh. Penampilan berikutnya dilakukan oleh Musik Kodo, alat musik yang didominasi kendang berbagai ukuran dilengkapi seruling ternyata mampu tampil dalam ritme lembut, halus bahkan keras dan enerjik, sebagaimana dengan musik jegog.

Tiupun seruling kodo yang halus, seakan membawa penonton ke sebuah suasana alam yang tenang dan damai. Begitupun perkusi kendang kodo yang menyentak dan energik mendapat sambutan meriah penonton. Aura musikal di Panggung Terbuka Pura Jagatnata makin terasa ketika Jegog dan Kodo perlahan mulai mendekat untuk berkolaborasi. Tanpa diduga Group Kodo mengeluarkan tiga penari pria, dengan iringan musik jegog. Penabuh Sekaa Jegog nampaknya tidak mau kalah, tiga orang anggota sekaa keluar dan menyatukan tariannya. Hingga kemudian kedua musik perkusi ( Jegog dan Kodo) berkolaborasi penuh lengkap dengan tariannya yang energik, membuat penonton tidak beranjak dari tempat duduknya dan memberikan tepuk tangannya.

Managing Director Kodo Cultural Foundation Atsushi Sugano menyebutkan, kolaborasi dengan musik jegog melalui proses pendekatan dirinya dengan Suar Agung, dilatarbelakangi oleh kesamaan bahan musik yang seluruhnya berasal dari alam. Jika jegog ada unsur kayu dan bambu, ,maka kodo juga ada unsur kayu dan kendang dari bahan kulit hewan dan keduanya sama-sama perkusi. “ Asal musiknya juga sama-sama dari kampung tetapi kini telah diketahui dunia “ kata Sugano. Ia mengaku, untuk mengkolaborasikan aransemen tidak ada kesulitan, yang menghambat hanya masalahnya komunikasi. Dari banyaknya seni musik yang ada di Bali, Sugano lebih memilih jegog untuk berkolaborasi, karena ada kesamaan.

Disisi lain Pekak Jegog mengungkapkan, musik jegog dan kodo sama-sama seni music yang berasal dari kampung, tetapi tidak kampungan. Karena musik jegog khususnya mampu berkolaborasi dengan berbagai jenis musik. Tercatat selain berkolaborasi dengan kodo asal Jepang, Jegog juga pernah berkolaborasi dengan dengan musik rock dan jazz. Proses kolaborasi Jegog dengan Kodo juga dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi, pertukaran dan penyesuaian nada antara jegog dengan kodo dilakukan secara online. “ Karena tidak mungkin setiap waktu mempertemukan kodo dengan jegog yang tempatnya berbeda negara “ pungkas Suentra. (02.hmj).


Kembali