Drama Calonarang Sekaha Barong Baluk, Hadirkan nuansa Magis di Stage Pura Jagatnatha.

Suasana magis tercipta dalam pementasan Drama Calonarang dari sekaha Barong Baluk di stage pura jagatnatha, Rabu (30/8) malam. Acara yang digelar serangkaian pelaksanaan Festival Jembrana ke-2 ini sukses menghibur ribuan penoton bahkan mereka enggan beranjak dari tempat duduk hingga selesai. Pementasan calonarang dengan judul Pusaka Niscaya Nircaya Lingga tersebut juga disaksikan langsung Wabup Jembrana I Made Kembang Hartawan hingga selesai.

Drama tari ini sendiri mengisahkan pada suatu masa di Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Erlangga, hidup seorang janda yang sangat bengis bernama Walu Nateng Dirah. Ia tinggal di desa Girah. Calon Arang adalah seorang penganut sebuah aliran hitam. Ia mempunyai seorang putrid yang sudah dewasa bernama Ratna Manggali. Karena sifatnya yang bengis, Calon Arang tidak disukai oleh penduduk Girah.Tak seorang pemuda pun yang mau memperistri Ratna Manggali. Mengetahui hal ini, Calong Arang marah dan menenung rakyat sebagai hukuman.

Prabu Erlangga di negeri daha mulai khawatir karena Walu Nateng Dirah diketahui memiliki pusaka sakti Niscaya Nircaya Lingga yang memiliki tabiat jahat. Raja Daha khwatir pusaka sakti di salah gunakan.

Atas nasihat Empu Bharadah, diutuslah Raden Bahulu untuk mencuri pusaka tersebut. Dengan tipu muslihat berpura pura menikahi Diah Ratna menggali, Putri satu satunya Walu Nateng Dirah sebagai siasat untuk mencuri kesaktiannya.

Setelah pusaka sakti Niscaya Nircaya Lingga berhasil dicuri, dibawa ke negeri daha. Walu Nateng Dirah marah dan meminta Anugerah Dewi Durga untuk bisa menghancurkan jagat daha dengan ilmu desti neluh nerangjana. Setelah pusaka dicuri masyarakat ada yang sakit, kemudian ada dukun yang mengobati. Namun sayangnya justru sang dukun sendiri yang mati. Dari sinilah segala keseraman berbalut magis satu persatu dihadirkan dalam setiap adegan. Namun pertunjukan kemarin tidak melulu soal magis . Ada juga kekonyolan yang dihadirkan dua punakawan membuat penonton yang memenuhi areal jagatnatha malam itu terpingkal-pingkal. Bahkan semakin larut penonton yang hadir semakin bertambah banyak.

Pertunjukkan berakhir tepat pukul 24.00 wita, dengan adegan “metebekan” serta ngurek yang lagi-lagi , adegan tersebut mampu menghadirkan kengerian membuat bulu kuduk merinding. Diakhir cerita , Sejak itu, desa Girah menjadi aman tenteram seperti sediakala. (015 /humas)

Kembali