Narasumber Seminar Keluarga Besar Mahasiswa Hindu, Wabup Kembang Paparkan konsep catur marga


Seminar Nasional KBMHD (Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma) 2018 diselenggarakan siang tadi (13/4) di Gedung Auditorium Perdiknas Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar. Pada seminar yang dibuka oleh Dirjen Bimas Hindu Prof Drs. I Ketut Widnya tersebut Wakil Bupati Made Kembang Hartawan didaulat sebagai narasumber dalam seminar yang bertajuk “Implementasi Konsep Catur Marga sebagai Landasan Pembangunan Hukum Kemasyarakatan dan Tata Negara”

Catur Marga sendiri dalam ajaran agama hindu berarti empat jalan atau cara umat hindu untuk menghormati dan menuju jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Adapun bagiannya antara lain Bhakti Marga yaitu jalan menuju tuhan dengan cara menunjukkan bakti kita baik kepada pencipta atau sesama, Karma Marga adalah jalan menuju tuhan dengan bekerja tanpa pamrih, Jnana Marga adalah cara mencapai tuhan dengan mempelajari kitab suci. Dan yang terakhir Raja Yoga adalah cara mencapai tuhan dengan cara meditasi, perenungan tuhan dan tapa.

Dalam seminar tersebut, Kembang memaparkan dalam pengalamannya yang merupakan implementasi Catur Marga khususnya bhakti marga dan karma marga salah satunya dengan bekerja dengan iklas, tanpa pamrih tanpa memikirkan hasilnya terlebih dahulu. “Ketika masih muda saya bergabung dalam berbagai organisasi kepemudaan dan partai. Semuanya saya jalani tanpa pamrih tanpa memikirkan target tertentu. Dalam melakukan sesuatu jangan semua pakai hitung – hitungannya. Selama itu baik dan benar, jalani saja. Suatu ketika akan tampak hasilnya” paparnya.

Selain itu menurut Kembang dalam pengalamannya Bhakti Marga tidak melulu hanya dengan berbakti dengan pencipta, namun juga dengan sesama, terutama dengan masyarakat yang kurang mampu. Kembang mengutip perkataan Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno yang mengatakan “Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin”. “Jika dalam rapat atau kegiatan saya membahas masyarakat miskin dan untuk kepentingan banyak orang, menurut saya itu juga bentuk dari bhakti kepada sesama” ujarnya.

Kembang menambahkan sebagai individu, sebagai pemimpin dalam implementasi catur marga, adalah moralitas seorang pemimpin itu sendiri. “Sebagai seorang pemimpin harus bisa menjaga moralitasnya, jangan sampai seorang pemimpin baik organisasi kampus, swasta atau pemerintahan tidak memiliki moralitas yang baik. Karena pemimpin harus menjadi contoh dan inspirasi. Dan harus sejalan ucapan dan perbuatan. Ketika tidak sejalan maka akan beresiko. Dengan catur marga ini komitmen kita sebagai pemimpin di uji, karena merupakan bentuk bakti kepada sesama dan tanpa pamrih”imbuhnya.

Pada seminar yang di moderatori Putu Eva Ditayani Antari (dosen Hukum Undiknas), terdapat juga dua narasumber yaitu I Nyoman Sugawa Korry (anggota DPRD Bali), Prof Dr I Nyoman Budiana (Dosen Fakultas Hukum Undiknas). Seminar juga dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan mahasiswi dari Undiknas dan Universitas – Universitas di Bali

Kembali