Bupati Tamba Resmikan GPIB Jemaat "Jembrana"

Jembrana - Bupati Jembrana I Nengah Tamba meresmikan GPIB Jemaat "Jembrana" di Negara dengan penandatangan prasasti bersama Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pendeta Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si pada Minggu (9/10/).

GPIB Jemaat "Jembrana" menjadi GPIB ke 7 yang ada di Bali. Bupati Tamba sangat mendukung segala bentuk kegiatan peribadahan, hal tersebut disampaikan dalam sambutannya dihadapan seluruh jemaat yang hadir.

"Saya memberikan dukungan sepenuhnya setiap langkah atau kegiatan untuk ibadah. Saya berkeyakinan, setiap orang yang ibadahnya kuat pasti bagus dalam bekerja dan memiliki tanggungjawab tinggi," ucapnya.

Dikatakannya, tujuan jemaat untuk hadir ke Gereja hendaklah untuk secara tulus berdoa dan mengucap syukur serta memohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuat.

"Kedatangan kita ke tempat suci itu jangan terkesan glamor, tetapi kita lebih untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Tuhan atas segala limpahan karunianya serta untuk pengampunan dosa," tutur Bupati Tamba.

Selain itu, Bupati asal Desa Kaliakah ini berpesan agar dalam berbagai proses untuk meningkatkan kualitas Gereja ini agar disampaikan kepadanya, karena ini merupakan tanggungjawab bersama untuk menyediakan tempat ibadah yang aman dan nyaman untuk seluruh umat.

"Tolong disampaikan apabila ada suatu pembangunan di Gereja ini, apalagi Gereja ini sudah memakai nama Jembrana seyogyanya Pemerintah Kabupaten Jembrana turut bertanggungjawab," ucapnya.

Sementara itu Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pendeta Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si mengatakan pemilihan nama GPIB Jemaat "Jembrana" merupakan usulan dari Bupati Tamba dan hal tersebut juga juga diinginkan oleh GPIB itu sendiri.

"Nama GPIB Jemaat "Jembrana" ini adalah usulan dari Bapak Bupati, terima kasih Pak Bupati telah memberikan nama Gereja yang sangat kontekstual, dan itu memang GPIB kehendaki. Karena kami memang Gereja yang multi etnis, nasionalis dan Pancasilais," ujarnya.

Pendeta Paulus Kariso Rumambi menyampaikan Gereja diibaratkan sebagai bengkel bukan showroom, sebagai tempat untuk memperbaiki diri bukan sebagai tempat untuk menampilkan diri tanpa dosa.

"Gereja memang tempatnya memperbaiki secara rohani dan spiritual, tempatnya memulihkan, mendampingi dan membuatkan kehidupan rohani spiritual kita umat, itulah fungsinya. Bukan sebagai showroom, bukan tempat orang hadir untuk menjaga image. Karena tuhan kami datang ke dunia untuk mencari orang berdosa bukan mencari orang yang merasa diri tidak berdosa,"

Kembali