Profil Kehutanan Jembrana

Degradasi sumber daya hutan tidak terlepas dari persoalan yang menyangkut pengelolaan hutan lestari, prinsip keadilan, pengembangan dan penguatan ekonomi rakyat dan peran serta masyarakat serta yang lebih memprihatinkan lagi banyaknya kasus ilegal logging dan perambahan hutan yang terjadi hampir di seluruh kawasan.  Disisi lain, kebutuhan pengelolaan Hutan Lestari semakin meningkat sedangkan degradasi Hutan alam maupun hutan tanaman diyakini tidak mampu memenuhinya.
Berdasarkan kenyataan diatas, untuk menghindari bencana yang lebih buruk yang akan menimpa kita, perlunya kerja keras untuk membangun kembali atau memperbaiki kondisi hutan.  Pembangunan kehutanan harus dilaksanakan atas dasar etika pembangunan yang menjamin sistem dan fungsi sumber daya hutan yang berkelanjutan dan melibatkan masyarakat khususnya masyarakat di sekitar hutan.
Kebijakan Kementrian Kehutanan dalam pengelolaan Hutan yang mengamanatkan terbentuknya Kesatuan Pengelolaan Hutan ditiap daerah, diharapkan mampu menjawab berbagai macam permasalahan Pengelolaan Hutan Lestari. Harapan besar Pemerintah Daerah diberikan  kepada Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan ini, guna mengembalikan dan mempertahankan Hutan Lestari serta mengangkat perekonomian masyarakat utamanya masyarakat penyanding Hutan hingga akhirnya bisa menciptakan peningkatan pembangunan daerah. Oleh karena itu, sinergi masyarakat Kehutanan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten mutlak diperlukan guna mendukung Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) demi terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari.

Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana adalah 41.351,27 Ha atau 7,34 % dari Luas Pulau Bali; atau 31,61 % dari luas Kawasan Hutan Pulau Bali; atau 41,07 % dari luas daratan Kab. Jembrana. Kawasan Hutan Jembrana hampir 80,47 % berupa Kawasan fungsi Lindung. Pengelolaan  Hutan Lindung Kabupaten Jembrana dititikberatkan pada fungsi Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan Daerah Bawahan, namun pada kenyataannya sebagian areal Hutan sekitar 27 % tidak berfungsi optimal karena terjadinya perubahan secara fisik dan mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi Hutan menjadi Kawasan Budidaya akibat dari perilaku illegal logging, perambahan/pengawenan, pengembalaan ternak, dll. Berdasarkan  kondisi Bali merupakan Ekosistem Pulau maka dalam manajemen Pengelolaan Ekosistem harus berpikir Orientasi  Satu kesatuan Manajemen (Komando). Skala prioritas Pengeloaan harus mengarah pada Prinsip Ekologi, kemudian prioritas masalah Sosial selanjutnya orientasi Ekonomi. Dalam Pembangunan sektor ekonomi, Bidang Pertanian sebagai tulang punggung pembangunan bidang ekonomi sangat tergantung pada kondisi tata lingkungan dan tata air  serta Ekosistem wilayah Hulu sebagai sarana pendukung Produksi. Oleh sebab itu kondisi Lingkungan di Wilayah Hulu Jembrana mutlak dipertahankan .
Luas Kawasan Hutan
Tabel 1 : Luas Hutan di Kabupaten Jembrana menurut fungsinya


No.
Jenis Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Hutan Fungsi Lindung 33.240,27 80,471
2. Hutan Produksi Terbatas 2.610,20 6,319
3. Hutan Produksi Tetap 383,10 0,927
4. Hutan Konservasi/TNBB 5.073,70 12,283
  Jumlah 41.307,27  

Sumber : Sub BIPHUT Singaraja

Pembangunan Kehutanan Jembrana sejalan dengan Visi Pembangunan Pertanian dalam arti luas yaitu Terwujudnya Pembangunan Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Agribisnis serta Ketahanan Pangan yang berfalsafah Tri Hita Karana Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Pembangunan Kehutanan memiliki arti dan posisi penting dalam mendukung suksesnya Pembangunan Pertanian yang menunjang sektor pariwisata, industri, perdagangan dan sektor lainnya.  Pembangunan Kehutanan mempunyai tujuan untuk meningkatkan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam, dengan sasaran kegiatan yang berorientasi pelestarian lingkungan. Berkaitan dengan posisi Hutan Jembrana dan degradasi Hutan yang terjadi saat ini, penanganan perbaikan kondisi lingkungan sebagaimana diatas perlu diselenggarakan secara sinergi, termasuk sitem penyelenggaraan kelembagaan dalam menangani   masalah yang sangat kompleks ini. Program Pembangunan Kehutanan Kabupaten Jembrana difokuskan pada 3 program kegiatan yaitu : 1). Program Pemanfaatan Sumber Daya Hutan; 2). Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan; 3). Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan.
Kegiatan penghijauan di luar kawasan hutan di Kabupaten Jembrana dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014, telah dilaksanakan seluas 2.165 hektar, sedangkan untuk kegiatan penanaman kebun bibit rakyat, tahun 2009 – 2014 telah dilakukan penanaman seluas 6.255 hektar. Dengan demikian, kekritisan lahan yang termasuk dalam kategori kritis, agak kritis dan potensial kritis di Kabupaten Jembrana dapat ditekan menjadi 28,31% atau menjadi 3.496 hektar dari luas lahan potensial kritis 12.350 hektar.
Potensi Kehutanan yang dimiliki Kabupaten Jembrana sangatlah beragam dan kaya, baik yang ada di dalam maupun diluar Kawasan Hutan. Potensi Hasil Hutan yang telah digarap dan dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana terdiri antara lain :

1. Hasil Hutan Kayu berupa Hutan Rakyat

Potensi pengembangan Hutan Rakyat di Kabupaten Jembrana yaitu seluas ± 27.272,488 Ha atau 32 % dari luas daratan Kabupaten Jembrana. Sejak Tahun 2002 s/d 2011 telah dilakukan pembangunan Hutan Rakyat seluas 6.069,58 Ha dengan jumlah pohon sebanyak 1.914.011 batang atau akan dapat menghasilkan kayu sebanyak ± 957.000 M3 sampai dengan 20 tahun ke depan.

2. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

  • Budidaya Lebah Madu
  • Jenis lebah yang dibudidayakan adalah jenis lokal. Jumlah petani peternak lebah tercatat ± 432 orang dengan jumlah stup sekitar ± 2.951 kotak/glodok yang dikembangkan oleh ± 14 Kelompok Tani. Lokasi penyebaran peternak Pengembangan Lebah Madu terdapat diseluruh wilayah kecamatan di 35 desa di Kabupaten Jembrana.

  • Budidaya Sutera Alam
  • Pengembangan sutera alam dilaksanakan dengan membangun Kebun Bibit Murbey seluas 4 Ha di Dusun Yeh Mekecir Desa Dangin Tukadaya. Selanjutnya dilakukan pengembangan Sutera Alam dengan menggunakan anggaran APBD II mulai tahun 2004 s/d 2006 dengan total nilai sejumlah Rp. 107.537.000,-.

  • Budidaya Bambu
  • Potensi tanaman Bambu di Kabupaten Jembrana diperkirakan seluas ± 110 Ha yang didominasi jenis Bambu Santong, Tali, Kulkul, ampel, Jajang, Hitam, Petung, Hitam, Tali Santong, Ampel. Pengembangan tanaman Bambu di Kabupaten Jembrana pernah dilaksanakan pada Tahun 2003/2004 melalui 1) Kegiatan GERHAN di Kawasan Hutan Lindung, dan Program Inovatif Bantuan Bank Dunia seluas 33,20 Ha.

  • Benih Tanaman Kehutanan
  • Saat ini Kabupaten Jembrana telah memiliki 4 calon Demplot Sumber Benih dengan jenis antara lain Panggal Buaya, Cendana, Cendana, Kejimas, Gaharu, Kwanitan, Jabon. Namun sampai dengan saat ini belum berproduksi.


Last Update : Maret 2015